Mimpi. Sudah lama aku bermimpi untuk
menaklukkan dua gunung kembar yang satu ini, Merapi dan Merbabu. Gunung Merapi
terkenal dengan gunung api terganas nomer wahid didunia. aku mau lihat gmana
sih puncak merapinya, gimana sih kawahnya? aku mau injek injek tuh gunung.
Hehe. Kalo gunung merbabu terkenal dengan padang sabananya yang Maha
Waaahh…hehe.
Mimpi itu menjadi kenyataaan. Tepat tanggal
22 januari 2013 saat gontor sedang liburan awal tahun, aku sama beberapa temen
berangkat untuk pendakian, Tepatnya ke arah boyolali. Ada dua jalur umum yang
biasa dilalui para pendaki yaitu jalur selatan di Kaliurang Yogya dan jalur
tengah di New Selo Boyolali. Aku lebih memilih jalur boyolali sebab jalur
Kaliurang sudah hancur karena erupsi Merapi 2010 lalu. Takutnya juga kita gak
bisa menikmati nuansa hijaunya hutan pinus. Mereka adalah sembilan orang. Aku,
Zidni, Abu Hasan, Recho, Mumtazi, Anas, Zia, Reza, Anshar, Ok, aku kenalin dah
satu2.
Namaku Asad. Aku simple aja sih orangnya.
Nggak banyak omong, agak pendiam juga sih kata temen2. Tapi kalo dah kenal
deket sama aku gk bakal garing deh….gue nggak neko2. Sesuai dengan namaku,
Asad, artinya singa, aku lebih suka pergi ke hutan2. Kembali ke habitat asli
lah. Hehe. Itu sebabnya aku demen bnget kegiatan2 di alam terbuka, kayak
pendakian, menyelam, touring, rafting, camping.#
Klik show untuk membuka gan
Zidni, ni orang gokil amat. Dan aku lebih
demen manggil dia ‘cumi arab’. Entah dari sejak kapan cumi bisa temenan sama
singa. Hehehe. Hobinya sih hampir sama kayak aku. Pendakian, jalan2, yah
pokoknya kegiatan di alam terbuka. Dia adalah temenku yang paling semangat
diantara yang lainnya. Orangnya supel, rame, gaul, asyik banget dah pokoknya
kalo sama dia. #
Klik show untuk membuka gan
Abu Hasan, dia berdarah aceh. Badannya
kekar berisi. Tampangnya galak. Tapi klo dah deket sama dia lo bakal tau kalo
dia tu lemah lembut. Apalagi sama makhluk halus. Hehe. Lembuuut banget..wkwk.
tampangnya sekilas arab. Cuman gk terlalu putih. aku pernah bilang kedia aku
suruh dia mandi. Dia bilang. “ah gue malas
mandi, takut jadi putih, ntar gue jadi siqoh lagi…”. Jan tenan PD nya..wkwkwk.
*canda doang.#
Klik show untuk membuka gan
Recho, dia adekku. Adek ketemu gede sih…wkwkw. Anak Bengkulu.
Anaknya putih. Keren. Berisi. Tapi agak pendek. Orangnya berprinsip bnget deh.
Hobi dia sebenernya sih bukan pendakian atau semacamnya, tapi tujuan dia ikut
acara pendakian cuman buat hunting foto. Dia hobinya fotografer. Dah pandai lah
kalo disuruh pegang benda hitam berlensa itu. Yaudah. Kita manfaatin aja dia
buat fotografer kita waktu pendakian. Dengan resiko dia jarang nongol di foto2
kita. Hehe..sorry ya cho.. ;)#
Klik show untuk membuka gan
Mumtazi, anak gaul dari Jakarta. Orangnya biasa2 aja sih. Gayanya
santai. Omongannya betawi banget pokoknya. Satu kalimat dari dia yang gak
bakalan gue lupain yaitu “Parah Jel Asli….”. kalimat ini gak ada dalam kamus
besar bahasa Indonesia. Hehe. Hobinya, olahraga tangan alias maen PS. Makanya
jari jemarinya berotot sebab sering dipake maen. Itu juga sebabnya dia pengen
ikut pendakian ini. Biar otot2 kakinya bisa gede kayak otot jari
tangannya..wkwkw..:D#
Klik show untuk membuka gan
Anas, kecil, imut, putih, kurus tapi tampan bro. tampang pas
pasan…wkwkw. Hha. Dia paling tua dari kelompok kami. Orangnya bersikap dewasa.
Tapi juga nggak garing. Sekali becanda bisa bisa lo ketawa seminggu gak habis
habis. *lebaaaay…#
Klik show untuk membuka gan
Zia, dia jadi bintang saat pendakian ini. Kita panggil dy biksu tom
sang cong. Soalnya waktu muncak dy bawa tongkat segala. Dituntun lagi. Gara2
gemeteran belum sarapan pagi. Ntar dah aku ceritain lebih jauh. Badannya gede,
bongsor, tampan, keker, pesilat juga. Gak tau sih pesilat beneran atau cuman
pandai bersilat lidah..heheheh. *pisss..kalo ada yang mau kenalan ni gue ada
nomer hapenya 085790546033 hehe.#
Klik show untuk membuka gan
Reza Aulia, gue suka manggil dia ‘Darqol’ soalnya dia anak pimpinan
pondok Darul Qolam yang terkenal itu. Anak orang kaya tapi gak sombong. Orangnya
suka tebar senyum. Asal gak senyum2 sendiri aja. Ntar dikira dah sinting lagi. Anaknya
keren abis. Ganteng. Dia juga adekku. Adek ketemu gede. Asyik orangnya. Tapi
sayangnya dia gk bisa ikutan ke puncak merbabu soalnya kakinya keseleo waktu
muncak merapi. Aku deket sih sama dia. Tapi aku takut kalo dicurigai yang
macem2. Soalnya anaknya imut gitu. Item mutlak. *wkwk...#
Klik show untuk membuka gan
Yang terakhir anshar, dia anak mabikori, anak pramuka, paling
mantap lah diatara kami. Darah aceh juga. Cuman badannya agak kecil. Tapi
walaupun tangan dan kakinya gk berotot tapi kayaknya otaknya yang penuh otot.
Soalnya dia pandai ilmu2 kepramukaan bro. dia yang buat tenda, masak mie, masak
nasi, pandai masak lah..apalagi kalo masak air. Beeuuh. Paling mahir daahh…haha..;)#
Klik show untuk membuka gan
Ok. Kami adalah anak anak pecinta alam
gontor. Kami sering menyebut kelompok kami dengan nama Magopala. Alias
Mahasiswa Gontor Pecinta Alam. Kayaknya aku harus nulis di harianku bahwa hari
itu adalah hari yang penting buatku di tahun 2013. Hehe.
Ok kayaknya dah bertele tele deh. Pagi buta
jam 3an kami bertolak dari pondok gontor. Berniat supaya kami bisa mulai
pendakian tidak terlalu kesiangan. Jam 6an kami dah masuk area pendakian. Atau
basecame. Disana terlihat tulisan New Selo yang bisa kita lihat dari jauh.
Tulisan dari besi yang besar. aku biasanya cuman lihat dari foto2 di google.
Kali ini aku bisa lihat langsung, #
Klik show untuk membuka gan
sekalian menghirup udara bersih lereng
gunung merapi. kami belum membawa bahan bahan makanan hingga memaksa kami buat
belanja dulu dipasar. Gue sama anshar pergi ke pasar selo. Sedangkan yang
lainnya makan Mie Ayam. (bukan nasi) jadi kami hanya sarapan mie dan teh hangat
saja.
Aku sama anshar belanja panci, ketela,
beras, mie, kompor paraffin, permen, pokoknya bahan makanan yang kita butuhkan.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Dah terlalu siang walaupun
udaranya masih terasa sangat dingin. Setelah belanja dari pasar, kami kembali
ke basecamp untuk persiapan pendakain dan berpose dulu. Kami berangkat tepat
pukul sembilan pagi. #
Klik show untuk membuka gan
Siiiph. Semuanya semangat. Kami sengaja
tidak membawa tenda terlebih dahulu karena memang niat kami untuk pendakian
merapi ini kami tidak sampai menginap, sore atau maghrib kami dah balik lagi di
basecamp merapi. Its ok. Tapi masalahnya kami lupa tidak membawa sedikitpun
bahan makanan yang udah kita beli tadi. Kita cuman bawa minuman doang. Dan
kami gak menyadarinya sampai kami dah
berada diatas gunung sana.
Perjalanan dimulai setelah kami berdoa
bersama semoga kami diberi keselamatan oleh Tuhan dalam acara pendakian ini. Kamipun
mulai dengan langkah pertama. Nuansa dingin sejuk merapi merasuk kedalam hati
sanubari kami. Membius kami dalam keindahan alamnya. Menikmati setiap hirup
nafas dan hijau daun daun pohon pinus dan cemara yang menghiasi setiap jalan
kami. Keringat mulai bercucuran dan membasahi kaos kami. Namun tetap terasa
dingin segar. Langkah demi langkah kami jalani. Melewati kebun kebun punya
masyarakat sekitar. Di awal awal perjalanan, kami sering bertemu penduduk
sekitar yang merumput dari atas dan turun. Berat banget kayaknya bawaan mereka.
Tapi mungkin mereka sudah terbiasa. Kulit hitam legam dan kekar bercampur
keringat tampak dari tubuh mereka. Demi sesuap nasi mereka berjuang. Kamipun
menundukkan kepala dan menyapa mereka dengan ramah.
Sampailah kami pada gerbang pertama wisata alam taman nasional
gunung merapi. Kami istirahat sebentar dan berpose bersama sama. Untung gue
bawa tripod, jadi bisa foto bareng bareng tanpa ada yang ketinggalan.#
Klik show untuk membuka gan
Sesekali kita melihat kebelakang dan mendapati pemandangan yang indah
dibawah kami. Pemandangan gunung merbabu yang gagah selalu membuat kami panas
dan sangat menantang untuk kami daki keesokan harinya. #
Klik show untuk membuka gan
Kami melanjutkan perjalanan sampai ke pos
satu. Disana kamipun istirahat sebentar sambil menikmati coklat yang sengaja
kami bawa untuk menghilangkan rasa dingin. Coklat itu kan mengandung lemak jadi
bisa membuat tubuh kita menjadi hangat. Air minum pun sangat kami hemat.
Takutnya nanti kehabisan waktu di atas. Waktu itu kami belum sadar kalau kami
tidak membawa sedikitpun bahan makanan selain coklat tadi. Istirahat sambil
foto foto , itulah yang sering kami lakukan sambil bernyanyi bersama sama,
saling mengejek, tertawa bersama.#
Klik show untuk membuka gan
Sampailah kami pada bekas sungai dengan trek
bebatuan kali yang nampak sedap dipandang dengan pemandangan kanan dan kiri
jurang hijau. Namun air kiriman dari langit mulai datang dan menyambut kami.
Makin lama makin deras dan kamipun segera membuka ransel kami dan mengenakan
jas hujan kami. Kalau gue yang sebelumnya pake sepatu, buru buru aja gue lepas
sepatu dan ganti pake sandal. Gue nggak mau sepatu gue basah. Di tempat inilah
mulai terjadi masalah. Temen gue zia. Badannya gemetaran. Waktu kita Tanya dia
bilang katanya belum makan nasi. Tadi pagi sih memang cuman makan mie ayam aja.
Tapi masalahnya teman teman yang lain gak ada yang komplain tuh selain zia. Dia jadi lemas. Gak kuat jalan
sampai sampai dituntun sama yang lain. Parah jel asli. Apalagi ditambah hujan
lebat. Kita harus sangat berhati hati takut kalau ada batu yang terbawa aliran
air dari atas. Atau paling tidak jalan akan menjadi licin. Setelah agak keatas,
alhamdulillah hujan pun mereda. Namun malah datang kabut tebal sehingga jarak
pandang kami mungkin tidak lebih dari 5-8 meter. Keadaan mulai mencekam.
Apalagi ditambah datang badai angin dan kabut yang membuat kami kedinginan
bukan main. Baju masih yang masih basah terkena hujan tadi pun sudah mulai
mongering karena angin. Suara anginnya menyeramkan banget. Kami takut terpisah
sehingga jika ada dari kami yang menjauh akan segera kami tegur. Karena jalan
setapak ini, kanan kirinya berupa jurang berbatu. Kami gak mau ada hal tidak
kami inginkan menimpa kami. Badai dingin dan kabutpun menyapu wajah kami. Kami
sangat kedinginan dan kami putuskan untuk break sebentar utnuk ganti baju dan
untuk makan. Gue ganti lagi pake sepatu karena dinginnya minta ampun. Tapi
ketika kami mencari bahan makanan, kami tidak mendapati satupun makanan didalam
tas ransel kami. Sehingga kami menyadari bahwa kita tidak membawa makanan
sedikitpun. Wah wah…kami mulai goncang. Kamipun tetap melanjutkan perjalanan
dengan hati hati dan sampailah kami di pasar bubrah dan kami bertemu rombongan
dari Bogor. Pemandangan indah pun tidak kami dapatkan di tempat ini. Bagaimana
tidak. Yang terlihat hanya kabut saja. Dan batu batuan yang kami injak. Kami
ngobrol sebentar dengan rombongan bogor tadi dan bertanya jalan menuju puncak
garuda. Mereka bilang tinggal turun saja. Ikuti jalur dan nanti sampai juga
dipuncak. Mereka bilang masih sekitar satu jam lagi kami sampai di puncak. Tapi
anas bilang dia sudah tidak kuat lagi. Kedinginan dan kelaparan sedang melanda
kami. Ditambah zia yang harus dituntun jalannya. Kami pun mengadakan musyawarah
sebentar di pasar bubrah dan dengan berat hati harus memutuskan untuk tidak
meneruskan pendakian alias turun lagi kebawah dengan berbagai pertimbangan. Gue
sangat nyesel, dah sejauh ini kenapa perjalanan tidak diteruskan, padahal
tinggal satu jam lagi. Dan gue gak tau kapan lagi gue akan mendaki merapi lagi.
Tapi gue juga mikir kalaupun kami lanjutkan perjalanan mungkin waktu dipuncak
garuda nanti kita juga tidak bisa menikmati pemandangan apapun selain kabut dan
batu. Ok. Kami putuskan untuk turun. Waktu perjalanan turun, kabut mulai pergi.
Namun kadang datang lagi. Sehingga kami sempat melihat puncak garuda sekilas.
Ternyata benar dugaan gue. Puncak garuda itu dah sangat dekat dengan pasar
bubrah. Nyesel, nyesel, nyesel banget dah gue. Kalau gue egois, gue dah
lanjutin tuh pendakian tanpa mikirin temen gue yang sakit. Tapi disitulah
mental dan kepribadian kita diuji. Yah, mau gimana lagi. Tapi untungnya kami
masih dapat pemandangan pemandangan indah diatas awan. Lumayan lah buat
mengurangi rasa kekecewaan gue.#
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Zia
makin parah. Dia dah gak kuat jalan lagi. Tapi kami selalu menyemangati dia.#
Klik show untuk membuka gan
Tanpa kami duga, reza terkilir kakinya.
Waduh, susah nih, mana ada ditengah hutan dan gunung kayak gini ada tukang
urut. Tapi nggak pernah kita sangka si recho bisa mengurut kaki reza. Dipijit
pijit kakinya pake counterpain. Reza meringis kesakitan. Gk ngerti gue, reza
tuh kesakitan atau nahan tawa. Soalnya teriaknya aduh aduh, tapi kok sambil
nahan tawa. Lucu dah kita ngelihatnya. Hehe.#
Klik show untuk membuka gan
Dua orang sudah yang sakit. Mau nggak mau
tetap perjalanan kami lanjutkan. Walaupun harus menuntun dua orang. Reza dan
zia. Sedikit demi sedikit kami turuni gunung merapi. Sampai akhirnya sampai di
gerbang taman nasional gunung merapi yang kami lalui pagi tadi. Pas disitulah
kami kehujanan, untung bisa berteduh disana. 7 dari sembilan orang menunggu
disana. Sedangkan recho dan mumtazi dah cabut kebawah. Kami langung pakai jaz
hujan. Dan biasa gue ganti lagi sepatu gue pake sandal. Yang penting jangan
sampai sepatu gue basah. Titik. Hehehe. Alhamdulillah juga di reza kakinya
sembuh habis dipijit sama recho tadi.
Bismillah. Perjalanan yang masih setengah
jam lagi kami lanjutkan. Dengan hujan lebat yang mengguyur kami. Jalan licin
ditambah aliran air yang deras, dah kayak jalan di sungai aja. Hehe. Mantap…
Tepat jam setengah lima kami sampai di new
selo, base pertama pendakian. Kamipun segera shalat dzuhur dan ashar jama’
ta’khir. Aku sama reza beli makanan dulu, sembari nungguin yang lain yang lagi
shalat, gentian. Maklum mushollanya kecil dan agak basah terkena hujan. Ok nasi
goreng pun jadi 2 piring. Sepiring kita kasihkan zia dan satu lagi buat gue
sama reza. Laper banget tau gak sih. Hehe.
Sholat selesai, ganti baju udah. Tapi hujan
masih lumayan lebat. Mumtazi, anas, dan reza dah punya rencana untuk balik.
Kata mumtazi sih ada urusan sama perkerjanya di pondok. Mau diajak tur bareng
atau apalah, gue juga nggak terlalu jelas. Kita semua jadi galau. Soalnya ada
yang mau pulang, apa kita harus pecah. Padahal niatku, malam ini kita akan
lanjutkan pendakian gunung merbabu. Tentunya dengan persiapan yang lebih
matang. Akhirnya kami putuskan untuk turun dulu buat cari nasi. Nanti baru kami
musyawarahkan lagi.





















Tidak ada komentar:
Posting Komentar