Minggu, 24 Februari 2013

PENDAKIAN GUNUNG MERAPI


Mimpi. Sudah lama aku bermimpi untuk menaklukkan dua gunung kembar yang satu ini, Merapi dan Merbabu. Gunung Merapi terkenal dengan gunung api terganas nomer wahid didunia. aku mau lihat gmana sih puncak merapinya, gimana sih kawahnya? aku mau injek injek tuh gunung. Hehe. Kalo gunung merbabu terkenal dengan padang sabananya yang Maha Waaahh…hehe.
Mimpi itu menjadi kenyataaan. Tepat tanggal 22 januari 2013 saat gontor sedang liburan awal tahun, aku sama beberapa temen berangkat untuk pendakian, Tepatnya ke arah boyolali. Ada dua jalur umum yang biasa dilalui para pendaki yaitu jalur selatan di Kaliurang Yogya dan jalur tengah di New Selo Boyolali. Aku lebih memilih jalur boyolali sebab jalur Kaliurang sudah hancur karena erupsi Merapi 2010 lalu. Takutnya juga kita gak bisa menikmati nuansa hijaunya hutan pinus. Mereka adalah sembilan orang. Aku, Zidni, Abu Hasan, Recho, Mumtazi, Anas, Zia, Reza, Anshar, Ok, aku kenalin dah satu2.
Namaku Asad. Aku simple aja sih orangnya. Nggak banyak omong, agak pendiam juga sih kata temen2. Tapi kalo dah kenal deket sama aku gk bakal garing deh….gue nggak neko2. Sesuai dengan namaku, Asad, artinya singa, aku lebih suka pergi ke hutan2. Kembali ke habitat asli lah. Hehe. Itu sebabnya aku demen bnget kegiatan2 di alam terbuka, kayak pendakian, menyelam, touring, rafting, camping.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Zidni, ni orang gokil amat. Dan aku lebih demen manggil dia ‘cumi arab’. Entah dari sejak kapan cumi bisa temenan sama singa. Hehehe. Hobinya sih hampir sama kayak aku. Pendakian, jalan2, yah pokoknya kegiatan di alam terbuka. Dia adalah temenku yang paling semangat diantara yang lainnya. Orangnya supel, rame, gaul, asyik banget dah pokoknya kalo sama dia. #
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Abu Hasan, dia berdarah aceh. Badannya kekar berisi. Tampangnya galak. Tapi klo dah deket sama dia lo bakal tau kalo dia tu lemah lembut. Apalagi sama makhluk halus. Hehe. Lembuuut banget..wkwk. tampangnya sekilas arab. Cuman gk terlalu putih. aku pernah bilang kedia aku suruh dia mandi. Dia bilang. “ah gue malas mandi, takut jadi putih, ntar gue jadi siqoh lagi…”. Jan tenan PD nya..wkwkwk. *canda doang.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Recho, dia adekku. Adek ketemu gede sih…wkwkw. Anak Bengkulu. Anaknya putih. Keren. Berisi. Tapi agak pendek. Orangnya berprinsip bnget deh. Hobi dia sebenernya sih bukan pendakian atau semacamnya, tapi tujuan dia ikut acara pendakian cuman buat hunting foto. Dia hobinya fotografer. Dah pandai lah kalo disuruh pegang benda hitam berlensa itu. Yaudah. Kita manfaatin aja dia buat fotografer kita waktu pendakian. Dengan resiko dia jarang nongol di foto2 kita. Hehe..sorry ya cho.. ;)#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Mumtazi, anak gaul dari Jakarta. Orangnya biasa2 aja sih. Gayanya santai. Omongannya betawi banget pokoknya. Satu kalimat dari dia yang gak bakalan gue lupain yaitu “Parah Jel Asli….”. kalimat ini gak ada dalam kamus besar bahasa Indonesia. Hehe. Hobinya, olahraga tangan alias maen PS. Makanya jari jemarinya berotot sebab sering dipake maen. Itu juga sebabnya dia pengen ikut pendakian ini. Biar otot2 kakinya bisa gede kayak otot jari tangannya..wkwkw..:D#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Anas, kecil, imut, putih, kurus tapi tampan bro. tampang pas pasan…wkwkw. Hha. Dia paling tua dari kelompok kami. Orangnya bersikap dewasa. Tapi juga nggak garing. Sekali becanda bisa bisa lo ketawa seminggu gak habis habis. *lebaaaay…#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Zia, dia jadi bintang saat pendakian ini. Kita panggil dy biksu tom sang cong. Soalnya waktu muncak dy bawa tongkat segala. Dituntun lagi. Gara2 gemeteran belum sarapan pagi. Ntar dah aku ceritain lebih jauh. Badannya gede, bongsor, tampan, keker, pesilat juga. Gak tau sih pesilat beneran atau cuman pandai bersilat lidah..heheheh. *pisss..kalo ada yang mau kenalan ni gue ada nomer hapenya 085790546033 hehe.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Reza Aulia, gue suka manggil dia ‘Darqol’ soalnya dia anak pimpinan pondok Darul Qolam yang terkenal itu. Anak orang kaya tapi gak sombong. Orangnya suka tebar senyum. Asal gak senyum2 sendiri aja. Ntar dikira dah sinting lagi. Anaknya keren abis. Ganteng. Dia juga adekku. Adek ketemu gede. Asyik orangnya. Tapi sayangnya dia gk bisa ikutan ke puncak merbabu soalnya kakinya keseleo waktu muncak merapi. Aku deket sih sama dia. Tapi aku takut kalo dicurigai yang macem2. Soalnya anaknya imut gitu. Item mutlak. *wkwk...#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Yang terakhir anshar, dia anak mabikori, anak pramuka, paling mantap lah diatara kami. Darah aceh juga. Cuman badannya agak kecil. Tapi walaupun tangan dan kakinya gk berotot tapi kayaknya otaknya yang penuh otot. Soalnya dia pandai ilmu2 kepramukaan bro. dia yang buat tenda, masak mie, masak nasi, pandai masak lah..apalagi kalo masak air. Beeuuh. Paling mahir daahh…haha..;)#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Ok. Kami adalah anak anak pecinta alam gontor. Kami sering menyebut kelompok kami dengan nama Magopala. Alias Mahasiswa Gontor Pecinta Alam. Kayaknya aku harus nulis di harianku bahwa hari itu adalah hari yang penting buatku di tahun 2013. Hehe.
Ok kayaknya dah bertele tele deh. Pagi buta jam 3an kami bertolak dari pondok gontor. Berniat supaya kami bisa mulai pendakian tidak terlalu kesiangan. Jam 6an kami dah masuk area pendakian. Atau basecame. Disana terlihat tulisan New Selo yang bisa kita lihat dari jauh. Tulisan dari besi yang besar. aku biasanya cuman lihat dari foto2 di google. Kali ini aku bisa lihat langsung, #
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
sekalian menghirup udara bersih lereng gunung merapi. kami belum membawa bahan bahan makanan hingga memaksa kami buat belanja dulu dipasar. Gue sama anshar pergi ke pasar selo. Sedangkan yang lainnya makan Mie Ayam. (bukan nasi) jadi kami hanya sarapan mie dan teh hangat saja.
Aku sama anshar belanja panci, ketela, beras, mie, kompor paraffin, permen, pokoknya bahan makanan yang kita butuhkan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Dah terlalu siang walaupun udaranya masih terasa sangat dingin. Setelah belanja dari pasar, kami kembali ke basecamp untuk persiapan pendakain dan berpose dulu. Kami berangkat tepat pukul sembilan pagi. #
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Siiiph. Semuanya semangat. Kami sengaja tidak membawa tenda terlebih dahulu karena memang niat kami untuk pendakian merapi ini kami tidak sampai menginap, sore atau maghrib kami dah balik lagi di basecamp merapi. Its ok. Tapi masalahnya kami lupa tidak membawa sedikitpun bahan makanan yang udah kita beli tadi. Kita cuman bawa minuman doang. Dan kami  gak menyadarinya sampai kami dah berada diatas gunung sana.
Perjalanan dimulai setelah kami berdoa bersama semoga kami diberi keselamatan oleh Tuhan dalam acara pendakian ini.  Kamipun mulai dengan langkah pertama. Nuansa dingin sejuk merapi merasuk kedalam hati sanubari kami. Membius kami dalam keindahan alamnya. Menikmati setiap hirup nafas dan hijau daun daun pohon pinus dan cemara yang menghiasi setiap jalan kami. Keringat mulai bercucuran dan membasahi kaos kami. Namun tetap terasa dingin segar. Langkah demi langkah kami jalani. Melewati kebun kebun punya masyarakat sekitar. Di awal awal perjalanan, kami sering bertemu penduduk sekitar yang merumput dari atas dan turun. Berat banget kayaknya bawaan mereka. Tapi mungkin mereka sudah terbiasa. Kulit hitam legam dan kekar bercampur keringat tampak dari tubuh mereka. Demi sesuap nasi mereka berjuang. Kamipun menundukkan kepala dan menyapa mereka dengan ramah.
Sampailah kami pada gerbang pertama wisata alam taman nasional gunung merapi. Kami istirahat sebentar dan berpose bersama sama. Untung gue bawa tripod, jadi bisa foto bareng bareng tanpa ada yang ketinggalan.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Sesekali kita melihat kebelakang dan mendapati pemandangan yang indah dibawah kami. Pemandangan gunung merbabu yang gagah selalu membuat kami panas dan sangat menantang untuk kami daki keesokan harinya. #
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Kami melanjutkan perjalanan sampai ke pos satu. Disana kamipun istirahat sebentar sambil menikmati coklat yang sengaja kami bawa untuk menghilangkan rasa dingin. Coklat itu kan mengandung lemak jadi bisa membuat tubuh kita menjadi hangat. Air minum pun sangat kami hemat. Takutnya nanti kehabisan waktu di atas. Waktu itu kami belum sadar kalau kami tidak membawa sedikitpun bahan makanan selain coklat tadi. Istirahat sambil foto foto , itulah yang sering kami lakukan sambil bernyanyi bersama sama, saling mengejek, tertawa bersama.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
 Sampailah kami pada bekas sungai dengan trek bebatuan kali yang nampak sedap dipandang dengan pemandangan kanan dan kiri jurang hijau. Namun air kiriman dari langit mulai datang dan menyambut kami. Makin lama makin deras dan kamipun segera membuka ransel kami dan mengenakan jas hujan kami. Kalau gue yang sebelumnya pake sepatu, buru buru aja gue lepas sepatu dan ganti pake sandal. Gue nggak mau sepatu gue basah. Di tempat inilah mulai terjadi masalah. Temen gue zia. Badannya gemetaran. Waktu kita Tanya dia bilang katanya belum makan nasi. Tadi pagi sih memang cuman makan mie ayam aja. Tapi masalahnya teman teman yang lain gak ada yang komplain tuh  selain zia. Dia jadi lemas. Gak kuat jalan sampai sampai dituntun sama yang lain. Parah jel asli. Apalagi ditambah hujan lebat. Kita harus sangat berhati hati takut kalau ada batu yang terbawa aliran air dari atas. Atau paling tidak jalan akan menjadi licin. Setelah agak keatas, alhamdulillah hujan pun mereda. Namun malah datang kabut tebal sehingga jarak pandang kami mungkin tidak lebih dari 5-8 meter. Keadaan mulai mencekam. Apalagi ditambah datang badai angin dan kabut yang membuat kami kedinginan bukan main. Baju masih yang masih basah terkena hujan tadi pun sudah mulai mongering karena angin. Suara anginnya menyeramkan banget. Kami takut terpisah sehingga jika ada dari kami yang menjauh akan segera kami tegur. Karena jalan setapak ini, kanan kirinya berupa jurang berbatu. Kami gak mau ada hal tidak kami inginkan menimpa kami. Badai dingin dan kabutpun menyapu wajah kami. Kami sangat kedinginan dan kami putuskan untuk break sebentar utnuk ganti baju dan untuk makan. Gue ganti lagi pake sepatu karena dinginnya minta ampun. Tapi ketika kami mencari bahan makanan, kami tidak mendapati satupun makanan didalam tas ransel kami. Sehingga kami menyadari bahwa kita tidak membawa makanan sedikitpun. Wah wah…kami mulai goncang. Kamipun tetap melanjutkan perjalanan dengan hati hati dan sampailah kami di pasar bubrah dan kami bertemu rombongan dari Bogor. Pemandangan indah pun tidak kami dapatkan di tempat ini. Bagaimana tidak. Yang terlihat hanya kabut saja. Dan batu batuan yang kami injak. Kami ngobrol sebentar dengan rombongan bogor tadi dan bertanya jalan menuju puncak garuda. Mereka bilang tinggal turun saja. Ikuti jalur dan nanti sampai juga dipuncak. Mereka bilang masih sekitar satu jam lagi kami sampai di puncak. Tapi anas bilang dia sudah tidak kuat lagi. Kedinginan dan kelaparan sedang melanda kami. Ditambah zia yang harus dituntun jalannya. Kami pun mengadakan musyawarah sebentar di pasar bubrah dan dengan berat hati harus memutuskan untuk tidak meneruskan pendakian alias turun lagi kebawah dengan berbagai pertimbangan. Gue sangat nyesel, dah sejauh ini kenapa perjalanan tidak diteruskan, padahal tinggal satu jam lagi. Dan gue gak tau kapan lagi gue akan mendaki merapi lagi. Tapi gue juga mikir kalaupun kami lanjutkan perjalanan mungkin waktu dipuncak garuda nanti kita juga tidak bisa menikmati pemandangan apapun selain kabut dan batu. Ok. Kami putuskan untuk turun. Waktu perjalanan turun, kabut mulai pergi. Namun kadang datang lagi. Sehingga kami sempat melihat puncak garuda sekilas. Ternyata benar dugaan gue. Puncak garuda itu dah sangat dekat dengan pasar bubrah. Nyesel, nyesel, nyesel banget dah gue. Kalau gue egois, gue dah lanjutin tuh pendakian tanpa mikirin temen gue yang sakit. Tapi disitulah mental dan kepribadian kita diuji. Yah, mau gimana lagi. Tapi untungnya kami masih dapat pemandangan pemandangan indah diatas awan. Lumayan lah buat mengurangi rasa kekecewaan gue.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
 Zia makin parah. Dia dah gak kuat jalan lagi. Tapi kami selalu menyemangati dia.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Tanpa kami duga, reza terkilir kakinya. Waduh, susah nih, mana ada ditengah hutan dan gunung kayak gini ada tukang urut. Tapi nggak pernah kita sangka si recho bisa mengurut kaki reza. Dipijit pijit kakinya pake counterpain. Reza meringis kesakitan. Gk ngerti gue, reza tuh kesakitan atau nahan tawa. Soalnya teriaknya aduh aduh, tapi kok sambil nahan tawa. Lucu dah kita ngelihatnya. Hehe.#
Klik show untuk membuka gan
Image Hosted by ImageShack.us
Dua orang sudah yang sakit. Mau nggak mau tetap perjalanan kami lanjutkan. Walaupun harus menuntun dua orang. Reza dan zia. Sedikit demi sedikit kami turuni gunung merapi. Sampai akhirnya sampai di gerbang taman nasional gunung merapi yang kami lalui pagi tadi. Pas disitulah kami kehujanan, untung bisa berteduh disana. 7 dari sembilan orang menunggu disana. Sedangkan recho dan mumtazi dah cabut kebawah. Kami langung pakai jaz hujan. Dan biasa gue ganti lagi sepatu gue pake sandal. Yang penting jangan sampai sepatu gue basah. Titik. Hehehe. Alhamdulillah juga di reza kakinya sembuh habis dipijit sama recho tadi.
Bismillah. Perjalanan yang masih setengah jam lagi kami lanjutkan. Dengan hujan lebat yang mengguyur kami. Jalan licin ditambah aliran air yang deras, dah kayak jalan di sungai aja. Hehe. Mantap…
Tepat jam setengah lima kami sampai di new selo, base pertama pendakian. Kamipun segera shalat dzuhur dan ashar jama’ ta’khir. Aku sama reza beli makanan dulu, sembari nungguin yang lain yang lagi shalat, gentian. Maklum mushollanya kecil dan agak basah terkena hujan. Ok nasi goreng pun jadi 2 piring. Sepiring kita kasihkan zia dan satu lagi buat gue sama reza. Laper banget tau gak sih. Hehe.
Sholat selesai, ganti baju udah. Tapi hujan masih lumayan lebat. Mumtazi, anas, dan reza dah punya rencana untuk balik. Kata mumtazi sih ada urusan sama perkerjanya di pondok. Mau diajak tur bareng atau apalah, gue juga nggak terlalu jelas. Kita semua jadi galau. Soalnya ada yang mau pulang, apa kita harus pecah. Padahal niatku, malam ini kita akan lanjutkan pendakian gunung merbabu. Tentunya dengan persiapan yang lebih matang. Akhirnya kami putuskan untuk turun dulu buat cari nasi. Nanti baru kami musyawarahkan lagi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar