PENDAKIAN GUNUNG LAWU
Bismillahirahmanirrahim..
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Raja dari segala raja. Pemilik langit dan
bumi serta penguasa siang dan malam.
Dari
pada nganggur nih, gw ingin berbagi pengalaman sama agan agan yang kiranya
masih suka berdiam diri dirumah saat liburan. Padahal dalam hadis nabi,
sesungguhnya masa muda yang dibarengi dengan kekosongan akan menimbulkan
maksiat. Maka, alangkah baiknya kalau kita manfaatkan liburan itu dengan
kegiatan kegiatan yang positif. Tadabbur alam misalnya.
Langsung
aja gan. Gw ingin nyeritain pengalaman gw pada akhir 2011, pendakian gunung
lawu. Tepatnya pada siang hari hari kamis tanggal 6 oktober 2011, impian gw
Selama bertahun tahun untuk bisa mendaki gunung lawu akhirnya bisa kesampaian
juga. Gw berangkat dari kamar sekitar jam 12 lah kearah rumah temen gw
dimagetan. Tentunya setelah melakukan beberapa persiapan serta bawa bekal
secukupnya. Sampai dirumah temen gw sore jam 3an. Disana dah menunggu gw 3
orang lain. Akhirnya tanpa belama lama langsung aja gw ama temen temen cabut ke
arah karanganyar. Sayangnya ada masalah dikit. Ada operasi dari polisi. Waktu itu
kami berempat lagi gk pake helm gaan,,:D yaudah kamipun memutuskan untuk
menunggu di warung sekitar sarangan dan 2 orang pulang untuk mengambil helm.
Singkat cerita sampailah kami di karanganyar. Sebelum memulai perjalanan
kamipun mengisi perut dengan mie rebus plus telor. Khas daerah situ. Untuk
pendakian gunung lawu ada dua pintu utama yaitu cemoro sewu di magetan dan
cemoro kandang di daerah karanganyar . namun kami lebih memilih untuk lewat
pintu jawa tengah yaitu cemoro kandang. Sebab konon katanya cemoro kandang
lebih terasa suasana mistisnya dan justru itu yang kami cari. Apalagi gw dah
ngebet pengen ketemuan sama kuntilanak di gunung lawu. Hehe..
Kami
titipkan motor kami di penitipan motor dan mendaftarkan diri kami di pintu
gerbang serta membayar biaya retribusi sekitar 2500 perorang. Lumayan murah
sih. Bismillah lah jam 5 kami langsung memulai langkah pertama dari gerbang. Rasa
takut dicampur rasa senang bercampur aduk dalam hati gw bagaikan rujak. Hhehe. Baru
beberapa menit melakukan perjalanan hujanpun menyambut kami. Langsung aja gan
kami bongkar tas wat mengambil jas hujan. Untungnya hujan turun gk begitu lama
dan tidak terlalu deras sehingga tidak membuat kami kebasahan. Lagi pula kabut
tidak terlalu tebal.
Sampai
di pos satu langit sudah gelap dan jam kami menunjukkan jam 18.30. walaupun jam
segitu namun suasana sudah gelap total karena kami memang berada dalam hutan
rimba tanpa lampu penerangan. Kamipun segera menggunakan senter. Kami hanya
membawa dua senter saja. Satu senter untuk teman yang paling belakang supaya
kalo dy ketinggalan atau hilang akan ketahuan. Kan klo dy hilang atau
ketinggalan pasti senternya hilang juga. Hehe..kemudian senter yang kedua
digunakan untuk teman yang ada didepan untuk penunjuk jalan. Nah, Pos satu
adalah sebuah gubuk lama yang beratapkan seng. Tanpa lantai hanya pasir saja.
Namun sudah cukup untuk berlindung bagi pendaki apabila turun hujan. Kami pun
memutuskan untuk istirahat dan menunaikan ibadah shalat magrib dijamak dengan isya’. So pasti gan pake tayammum,
sebab air yang kami bawa minim banget. 1 dirigen kecil dan 3 botol aqua gede.
Buat minum aja kami harus irit gimana mau dipake wudlu? Bisa bisa kami mati
kehausan diatas nanti.
Sip,
perjalanan kami lanjutkan ke pos dua. Masih dalam suasana hutan rimba. Ternyata
perjalanan ke pos dua itu bisa dijangkau oleh sepeda motor. Terbukti ada bekas
ban motor disepanjang perjalanan kami. Pertama kami melakukan perjalanan terasa
sangat capek sehingga memaksa kami untuk sering beristirahat dalam perjalanan
ke pos dua. Nah dalam sela sela istirahat kami sempatkan untuk bercanda ria
untuk menghilangkan suasana hening di tengah hutan. Sambil minum dan buka bekal
dikit. Salah satu dari teman kami mengeluarkan gula merah dari tasnya dan
berkata kalau kita capek kita bisa makan gula merah wat menghilangkan rasa
capek? Yang bener aja, gw sempat gk percaya sampai akhirnya saat mendaki saat
capek gw makan gula merah. Ternyata benar apa yang dikatakan temen gw. Rasa
capek dikaki hilang dan berpindah menjadi rasa capek dimulut karena mengunyah
gula merah. Hehehe..
Kami
juga sempat beristirahat diatas pohon yang roboh memotong perjalanan kami.
Sambil ngobrol ngobrol ringan kami menikmati suasana malam hari. Tidak ada sedikitpun rasa takut baik takut hantu
maupun takut ada hewan buas. Yang ada hanya rasa pasrah dan tunduk kepada Allah
SWT pemilik segalanya. Ditambah bulan purnama yang setia menjadi lampu bagi
perjalanan kami. Sambil makan gula merah tadi kamipun mulai melanjutkan
perjalanan kembali
Pos
dua pun telah kami lewati. Tanpa mampir. Lanjut ke pos tiga. Perjalanan ke pos
tiga ini agak sedikit berbahaya dibandingkan dengan jalan sebelumnya sebab
sebelah kami berupa jurang yang tertutupi semak belukar sedangkan sisi lain
berupa tebing. Walaupun tebing dan jurangnya tidak terlalu curam. Jalan setapak
kecil kami lalui. Perlahan tapi pasti. Soalnya kami takut klo ada yang hilang
atau ketinggalan.
Keringatpun
keluar dari kulit kami. Namun keringat tersebut tidak membuat badan kami terasa
panas. Namun malah membuat kami semangat dan segar kembali. Karena bercampur
dengan hawa yang sangat dingin. Lu bayangin aja ditelaga sarangan aja hawanya
dah dingin kayak gitu. Apalagi diatasnya lagi. Brrrrr…(gaya afika). Keringat
segar kami menyebutnya. Semangat membara selalu ada dihati dan fikiran kami.
Sampai akhirnya sampai pula kami di pos tiga. Disana terlihat ada plang yang
bertuliskan bunga eidelweiss.
Bunga eidelweiss adalah bunga abadi yang hanya
ada pada ketinggian tertentu. Ia disebut sebagai bunga abadi. Kok bisa? Soalnya
apabila kita ambil dan petik bunganya kemudian kita taruh di vas bunga,
bunganya gk akan bakal layu. Yang ada dia hanya akan berubah warna menjadi
kecoklatan. Maka tak heran jika banyak pendaki yang suka membawa oleh oleh
bunga eidelweiss sepulang dari pendakian. Bunga itu berwarna perak ketika malam
hari dan menjadi abu abu kehijauan saat pagi dan siang hari. Perjalanan dari
pos tiga ke pos empat lebih indah lagi bro…kanan tebing kiri jurang. Tapi kali
ini lebih curam dan berbahaya sampai sampai lu bakalan temui pembatas dari
kawat tebal sepanjang jalan. Supaya para pendaki lebih aman. Tampak pula kota
karanganyar dan solo ketika malam hari dari sini. Lampu malam yang sangat
indah. Pemandangan luarbiasa ini ditambah lagi dengan pepohonan yang bergerak
gerak tertiup angin malam. Pepohonan ini terlihat diantara bintang bintang
langit yang cerah karena cahaya sinar bulan. Suasana yang sangat romantic klo
seandainya saja bisa muncak sama si dya…(siapa hayooo??). perjalanan terus
berlanjut sampai akhirnya kami melewati hutan rimba dan mulai memasuki daerah
perbukitan batu. Sedikit sekali kita jumpai pepohonan rindang disini, karena
memang hutan tropisnya hanya ada pada ketinggian yang agak bawah. Semakin
kearah puncak kita akan sedikit mendapati pepohonan. Nah, bukit berbatu ini
jalannya lumayan berbahaya ‘takut terpeleset aja’. Lagian kemiringan jalannya
juga lebih. Suasananya mirip dibulan. Hanya ada batu dan bintang bintang malam.
(dah kayak pernah ke bulan aja..). Memaksa kami untuk sedikit dikit istirahat.
Capeek bngt. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30. makin larut kami rasakan.
Suasana makin mencekam. Setelah bukit batu, kami tiba dibukit sabana. Yaitu
bukit rumput ilalang berwarna kuning. Nampak indah sekali walaupun malam hari. Sesekali ada pohon tanpa daun
yang sudah kering. Hingga Nampak seperti cakar cakar setan. Hehe…dibalik bukit
sabana itu kami melihat dri kejauhan ada gubuk kecil. Sampai juga deh akhirnya
di pos 4. Ditempat bukit sabana tadi ternyata ada 2 buat batu nisan bertuliskan
nama 2 orang yang berbeda. Itu adalah kuburan 2 orang pendaki yang meninggal
saat melakukan pendakian. Tertulis disitu tahun 1985 dan 1993. Serem juga sih,
terbawa omongan temen2 yang pernah muncak, katanya pos empat adalah pos yang
paling menyeramkan. Hehe..yaudah daripada daripada. Mendingan kami lanjutkan
perjalanan ke pos lima. Tanpa singgah di pos empat. Takutnya nanti digangguin
sama kuntilanak sekeluarga lagi..:p. perjalanan ke pos lima ini berupa jalan
setapak yang berbatu. Sudah tak tampak lagi jurang dan tebing. Yg ada hanya
bukit bukit batu dan sabana. Kamipun ambil istirahat lagi untuk yang kesekian
kali. Nah, kali ini gw raba raba saku, ternyata hape gw dah ilang gan. Jatuh
dimana gk tau. Mau nyari kemana juga dah malam. Gk keliaatan pastinya. Mau
dimisscall gk ada sinyal. Lagian siapa juga yang mau ngangkat? Emang ada setan
mau angkat telpon? Hehe..yaudah mau gimana lagi. Gw ikhlasin aja deh tuh hape.
Niat gw sih besok pas balik lewat jalur cemoro kandang lagi. Siapa tau masih
ada dijalan. Ok. Lanjutt…perjalanan terus berlanjut sampai akhirnya kami sampai
di pos 5. Pos lima tu gk ada gubugnya. Cuman ada plang lama dari kayu yang
sudah hampir gk kelihatan lagi tulisannya. Berupa persimpangan antara jalur ke
puncak hargo dumilah, hargo dalem dan arah kembali ke cemoro kandang. Wis,
akhirnya karena fisik kami yang kelelahan, kami memutuskan untuk membuat tenda
ditempat ini. Jam tangan menunjukkan angka 23.30. kami langsung saja membuat
perapian dan mencari rumput untuk bahan bakar. Sempat takut juga sih waktu
mencari rumput. Takutnya kalo ketika nyabut rumput, eh ntar yang gw dapet malah
kepala orang lagi. Hehe..soalnya ada cerita yang kayak gituan sih..Nah, Acara
masak memasakpun meramaikan suasana malam itu. Bermodalkan kompor kecil
berbahan bakar spiritus pake kapas kami bisa masak nasi, mie rebus, dan sarden.
Dengan lahapnya kami makan. Walaupun masih panas makanannya. Soalnya udaranya
yang sangat dingin sih. Ok. Selesai makan kami langsung masuk ke tenda keong.
Dan pake selimut tentara yang bentuknya seperti kepompong. Didalam terasa
hangat sekali apalagi dibarengi dengan lantunan ayat suci al Qur’an. Gk terlalu
lama kamipun masuk kealam mimpi. Dah kecapean banget kali yaa..hhe. pagi jam 5
kami bangun dari tidur. Shalat subuh pake tayammum. Dan beres beres. Dingin
banget suasana pagi itu. Serasa beku badan gw semuanya. Habis dalam tenda
hangat. Keluar dari tenda menggigil kedinginan. Hehe..
pos 6 adalah pos terakhir
sebelum puncak. Namun kami putuskan untuk tidak muncak terlebih dahulu. Kami
putusan untuk mencari air ke sendang. Kami ambil arah ke puncak hargo dalem.
Selama perjalan ke sana. Kami melewati beberapa rumah kosong. Juga melewati
pasar gan. Pasar?? Bener, mereka menyebut pasar ini dengan nama pasar setan.
Kok bisa? Gk tau juga ya…perjalanan pagi
yang indah. Kami sempatkan untuk berfoto foto dulu di perjalanan. Dibukit
sabana. Rumput kuning. Gk kebayang deh perasaan gw waktu itu. Indaaah bnget
gan..hhe.
sampai juga kami ke sendang (sumber air). Tapi kita kecewa bngt saat
tau sendangnya lagi kering dan gak ada airnya gan…L
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Mau gk mau akhirnya kami beli juga
deh airnya diwarung mbok yem. Lumayan mahal sih. Tapi juga maklum soalnya
diatas gunung. Lagian persediaan air kami telah habis buat masak semalam. Klo
gk beli air nanti masak pagi pake apa? Terpaksa kami mengumpulkan uang untuk
membeli air dan krupuk untuk lauk makan pagi. Kami sempatkan juga foto foto
sama mbok yem.
Pemandangan ditempat itu pun indah banget. Coz dah ngedeketin
puncak sih. Ketemu lagi sama bukit sabana. Lebih kuning dan lebih perfect dari
sebelumya. Dah beres dan dah dapat bahan makan pagi, kami langsung melanjutkan
perjalanan ke pos 6. Balik lagi tadi ke arah pos lima. Perjalanan antara pos
lima dan enam tidak terlalu jauh. Hanya mendaki satu bukit terakhir ke puncak.
Alhamudlillah sekitar jam 7 pagi kami sampai di puncak hargo dumilah ketinggian
3265 DPL. Alhamdulillah rasa syukur kami ucapkan kepada Allah. Setelah
menikmati suasana sebentar kami mencari lokasi yang cocok untuk memasak. Untuk
sarapan pagi. Sama sih lauknya. Hanya ada tambahan krupuk mbok yem tadi. Hehe.
Klik show untuk membuka gan
Selesai
makan kami berfoto ria diatas puncak. Puncak hargo dumilah itu berupa tugu yang
dibuat oleh gabungan kopassus. Tugunya lumayan gede sih. Buktinya gw bisa naik
ke atas td. Walaupun agak susah dan dibantu sama temen temen. Sip, berbagai
pose kami berfoto bersama.
Saat berada dipuncak tugu gw liat ke atas.yang ada
hanya langit yang berwarna biru. Luas bngt langit ini. Gw merasa dititik paling
tinggi didunia ini. (perasaan aja sih). Mata gw berkeliling melihat ke semua
arah. Yang terlihat hanya hamparan awan bak lautan putih yang bergumpal gumpal seakan akan kita bisa berjalan
diatasnya. Suasana sudah mulai panas karena matahari sudah setinggi tombak. Namun
gk kerasa, soalnya udaranya yang dingin. Dipuncak kami bertemu rombongan dari Jakarta
dan Surabaya. Puas berfoto ria, kami mulai bersiap siap untuk pulang kebawah.
Bismillah
aja lah, kami berangkat perjalanan turun. Namun sebelumnya kami cari tempat
yang indah buat foto2. Singkat cerita perjalanan kami mulai dari jam 9 pagi dan
sampai kembali ke Comoro kandang sekitar jam 13.00 hari jum’atnya. Empat jam
perjalanan. Lebih cepat dr pendakian. Loh? Kok bisa? Iya soalnya kita waktu
turunnya lari terus gan….gk bisa ngeremm…hhehe.
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Klik show untuk membuka gan
Ok. Buat
agan agan pecinta alam, gunung lawu tentunya bisa jadi pilihan untuk acara
pendakian gunung. Karena menjanjikan suasana mistis dan memiliki keindahan yang
tersendiri daripada gunung gunung yang lain di daerah jawa. Semoga apa yang gw ceritain
ini bermanfaat buat gw dan agan agan sekalian. Aminn ya robbal alamin.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar